Objek wisata Mulut Seribu, di Desa Daiama, Kecamatan Landu Leko, Kabupaten Rote Ndao, yang dibangun Pemerintah Provinsi NTT sebagai salah satu destinasi wisata unggulan, yang diresmikan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) tahun lalu.
Objek wisata yang mempunyai fasilitas empat unit penginapan (cottage) berkapasitas 10 kamar, yang diberi nama dengan nuansa Rote ‘Pia Heu Victory’, dan satu unit resto yang dibangun Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Provinsi NTT yang diberi nama Mama Hoko Resto.
Perairan Mulut Seribu merupakan tempat wisata yang sangat indah dengan segala eksotisnya. Bahkan, kawasan ini banyak yang sebut kembaran dari Raja Ampat di Papua.
Asal-usul nama Mulut Seribu ini menurut cerita warga setempat karena kawasan ini merupakan pantai yang mempunyai banyak tebing dan karang yang berbentuk menyerupai mulut. Sehingga, nama Mulut Seribu kemudian disematkan terhadap kawasan tersebut.
Mengunjungi Mulut Seribu adalah perjalanan menyusuri laut dengan melewati tebing-tebing yang terbentuk secara natural. Area itu pun semakin indah karena banyak terdapat batu karang yang ditumbuhi pepohonan.
Pepohonan yang menghijau di kawasan terlihat kontras dengan gelapnya batu karang di antara riuhnya deburan ombak di sela - sela tebing-tebing curam.
Untuk bisa mengunjungi Mulut Seribu, dari Kupang, kita harus melanjutkan perjalanan dengan menggunakan pesawat yang harga tiketnya sekitar Rp 200-400 ribu. Butuh waktu 15 menit dari Kupang untuk sampai di Ba'a, Ibu Kota Kabupaten Rote.
Selain pesawat, kita juga bisa menggunakan kapal cepat atau kapal Feri. Akan tetapi waktu tempuh jelas jauh lebih lama, yaitu 2 jam dengan menggunakan kapal cepat dan 4 jam untuk kapal Feri.
Setibanya di Ba'a, kita harus melanjutkan perjalanan ke Rote Timur. Kita bisa menggunakan mobil sewaan dengan harga kisaran Rp 500 ribu. Bisa juga kendaraan umum yang ada di kawasan ini. Dari sini, kita harus menuju Pelabuhan Papela dengan jarak tempuh sekitar satu jam.
Setelah tiba di Pelabuhan Papela, kita bakal makin dekat dengan keindahan Mulut Seribu. Di sini, kita harus menyewa kapal nelayan untuk menuju lokasi dengan biaya sewa berkisar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta untuk sekali tur mengelilingi Mulut Seribu.
Setelah beberapa menit menyusuri Mulut Seribu, kita akan langsung dihadapkan dengan sebuah teluk air yang tenang, berwarna hijau jernih, dikelilingi karang-karang kecil yang ditumbuhi tanaman bakau.
Masyarakat Rote Ndao bersyukur dan menjadikan kesempatan ini sebagai motivasi agar lebih berinovosi dalam menata objek wisata kedepan.
Pembangunan cottage dan resto merupakan tahap pembelajaran dalam membangun community based tourism (pariwisata berbasis masyarakat).
Pemprov NTT bersama Pemkab Rote Ndao membangun fasilitas ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat Rote Ndao menjadi masyarakat yang berpikiran maju yang mampu mengelola daerahnya sendiri bisa melalui koperasi atau BUMDes.
Kepada tim media, Kepala Biro Humas dan Protokol NTT Marius Jelamu menegaskan, fasilitas yang dibangun harus dijaga dan dikembangkan.
“Kelemahan pemerintah masa lalu itu gemar membangun tanpa memelihara dan memenegerial. Jadi, kita harus mulai kembalikan kepada fungsi semestinya, membangun dan memanage. Tempatnya sudah jadi, masyarakatnya juga harus jadi lebih baik dalam mengelola objek wisata ini. Saya harapkan ke depan Mulut Seribu menjadi tempat stimulus pembangunan pariwisata di seluruh Rote,”pungkas Marius Jelamu.
Sekilas, karang-karang itu terlihat seperti pulau-pulau kecil yang berada di teluk. Untuk melintasi pulau-pulau kecil ini, butuh keahlian dan pengetahuan. Sebab, area ini seperti labirin. Sehingga, nakhoda kapal harus tahu betul di mana letak jalan masuk dan keluar agar tak tersesat.
Selain suguhan pemandangan itu, kita juga bisa singgah sejenak di Pantai Mulut Seribu yang akan disuguhi pemandangan laut yang tenang dengan aktivitas petani rumput laut dan nelayan yang sibuk mencari ikan.
Untuk kembali ke Pelabuhan Papela, kita harus melewati laut lepas sebelum pukul 15.00 Sebab, area 'labirin' di sana sudah mulai pasang sehingga tak bisa dilalui lagi.
0 Comments